Undang-undang melindungi hak setiap Warga Negara untuk memilih dalam tataran Demokrasi Pancasila. Setiap Warga Negara yang telah memenuhi syarat boleh memilih siapapun Paslon secara Luber (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia) dan Jurdil (Jujur Adil).
Anies Sandi ingin dipilih secara demokratis, tapi menggunakan cara yang sangat jauh dari konsep demokrasi itu sendiri. Pembiaran Anies atas intimidasi dan pemaksaan memilih, dengan kampanye paksaan menggunakan Agama sudah semakin mengkawatirkan
Judi Bola Online │ Casino Online │ Poker Indonesia
Di Pejaten, tepatnya di Jln. Kemuning Dalam 4 RT O11/ 05 Kel. Pejaten Timur. Seorang Ibu bernama Sidup, pekerjaannya memandikan Mayat dan juga Tukang Urut. Rumahnya sangat sederhana dengan ukuran rumah 2 x 3 meter dan dihuni 4 anggota keluarga. Diusir dari rumahnya karena mendukung Ahok.
Cara mengusirnya juga membuat geleng kepala, pendukung Anies Sandi mematikan aliran listrik di rumah Ibu Sidup supaya tidak betah dan kemudian diusir. Hal semacam ini seolah “wajar” dan tujuan dari tim Anies Sandi adalah “Pemilih Ahok Djarot adalah penista Agama, silakan diusir dari rumahnya”
Kisah Ibu Sidup menjadi viral saat blusukan Ahok di kawasan Pejaten Jakarta Selatan. Nenek Sidup mengeluhkan nasibnya pada Ahok, apakah memilih seorang paslon berhubungan denga masuk surga/neraka? Dan isu ini diangkat terus oleh Anies Sandi tanpa ada kecaman dari Anies Sandi.
Area Pejaten ini berdekatan dengan area ketika Ahok dihadang dan diusir seorang FPI
Strategi Anies Sandi yang tersisa dan masih “dilestarikan” adalah menajamkan isu Agama ini menjadi satu hal yang masif, mengorbankan Warga Jakarta yang ingin menjalankan demokrasi dengan benar.
Kisah ibu Sidup, Listrik rumahnya dimatiin FPI dan diusir dari rumahanya hanya karena mendukung Ahok. Lokasi: Kel. Pejaten pic.twitter.com/PwsuMZuUv9
— ILo Sanre (@ILoSanre) April 5, 2017
Detik Bola | Berita Bola, Ulasan Panduan, Galeri, Jadwal Bola, Pasaran Bola