Pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta tinggal menghitung hari. Dinamika politik kian hangat terutama arus dukungan masyarakat terhadap ketiga pasangan calon (Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, dan Anis-Sandi).
Pengamat Politik dari Lembaga Analisis Politik Indonesia, Maksimus Ramses Lalongkoe mengatakan, peta politik khususnya dukungan pemilih terhadap masing-masing pasangan calon sudah bisa dilihat dari hasil survei lembaga-lembaga survei selama ini.
Peta dukungan pemilih ini tidak akan mengalami perubahan secara signifikan menjelang hari pencoblosan 15 Februari mendatang. Pasalnya dukungan pemilih sudah mengerucut dan dukungan ini hampir pasti tidak mengalami kelenturan luar biasa.
“Peta dukungan pemilih sudah bisa dilihat dari hasil survei lembaga-lembaga survei selama ini. Peta dukungan ini tidak akan mengalami perubahan signifikan menjelang pencoblosan 15 Februari mendatang,” kata Ramses di Jakarta, Minggu (12/2).
Menurut Ramses, jika mengacu pada hasil survei akhir-akhir ini menunjukkan tidak ada satu calon pun yang mampu meraih dukungan di atas 50 persen. Itu artinya Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung dua putaran.
Judi Bola Online │ Casino Online │ Poker Indonesia
“Apabila Pilkada DKI berlangsung dua putaran maka ada beberapa analisa menarik yang dapat dipaparkan khususnya terkait peralihan dukungan para tokoh yang saat ini masih berusaha memenangkan jagoannya masing-masing,” ungkap dia.
Pertama, kata Ramses, jika pasangan Anis-Sandi kalah pada putaran pertama maka kemungkinan besar Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto akan bersekutu dengan pasangan Ahok-Djarot ketimbang memenangkan Agus-Sylvi pada putaran kedua.
“Alasannya, sosok Ahok yang banyak mendapat dukungan dan simpati masyarakat Indonesia menjadi salah satu indikator penting yang dilihat Prabowo mengalikan dukungan politiknya. Prabowo tentunya ikut bertarung dalam Pilpres 2019. Jika Prabowo tidak mau kehilangan simpati publik Indonesia pilihan terbaiknya bersekutu dengan pasangan Ahok-Djarot pada putaran kedua,” jelas dia.
Alasan kedua, lanjut Ramses, jika pasangan Anis-Sandi kalah maka Prabowo bisa saja memilih diam atau mengambil posisi netral pada putaran kedua. Sikap netral ini, kata dia berarti Prabowo tidak mengarahkan pendukung untuk memilih salah satu calon tapi membiarkan pendukung memilih sesuai selera mereka masing-masing.
“Bila Prabowo memutuskan pilihan pada sikap netral, tentunya mendapat simpati publik Indonesia meskipun tidak signifikan”, paparnya.
Lebih jauh Dosen Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana ini menjelaskan, ketiga pasangan calon baik Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, dan Anis-Sandi masih memiliki peluangan besar meraih simpati publik untuk menentukan pilihan terutama pasca debat putaran ketiga Jumat, (10/2).
“Namun arus dukungan ini tidak mengalami perubahan siginifikan mengingat dukungan makin mengerucut setiap pasangan calon. Paslon 1 dan 3 tentu bekerja lebih kencang untuk mendapat tiket putaran kedua jika survei akhir-akhir ini menjadi referensi penting,” pungkas dia.
Detik Bola | Berita Bola, Ulasan Panduan, Galeri, Jadwal Bola, Pasaran Bola